04 Desember
2008
Imajinasi
lebih utama daripada pengetahuan. Pengetahuan bersifat terbatas. Imajinasi
melingkupi dunia. -Albert Einstein.
Berbicara tentang fisika dapat menimbulkan tanggapan
yang beragam. Bukan gosip lagi kalau fisika merupakan salah satu
"hantu" yang ditakuti oleh banyak pelajar, baik itu di tingkat
menengah, umum, dan bahkan di perguruan tinggi. Sebagian orang menghafalkan
rumus-rumus fisika layaknya buku sejarah tanpa menyadari maknanya. Ada juga
yang pasrah karena menganggap fisika hanyalah milik orang-orang yang serius,
cerdas, gila matematika, dan pada umumnya "kurang gaul". Bahkan,
tidak sedikit yang beranggapan bahwa menjadikan fisika sebagai karir hidup
adalah pilihan yang salah karena "masuknya" mudah tapi
"keluarnya" susah. Dengan kata lain, menjadi mahasiswa fisika
tidaklah sulit tapi lulusnya setengah mati dan kerjanya paling-paling menjadi guru
atau kalau beruntung bisa menjadi dosen.
Beberapa pelajar mengagumi fisika karena membaca
berita mengenai keberhasilan tim olimpiade fisika atau membaca buku tentang
kehidupan para ilmuwan besar. Sayang, banyak juga yang hanya sebatas mengagumi
tidak sampai menghayati atau mendalami fisika. Seringkali orang yang menguasai
fisika dianggap sebagai orang "keren" sekaligus "aneh"
karena mau belajar sesuatu yang sulit, padahal kalau jadi pengusaha bisa
kaya-raya. Persepsi-persepsi demikian mengakibatkan masyarakat umum cenderung
menggemari ilmu lain seperti metafisika. Disaat negara-negara lain berusaha
untuk menyadarkan masyarakatnya agar tidak "gatek" alias gagap iptek
negara kita melalui beberapa media massa tampaknya bekerja keras meyakinkan
masyarakat agar tidak "gagib" atau gagap gaib. Padahal, penyampaian
informasi ini menggunakan aplikasi fisika dan elektronika. Singkatnya,
menemukan orang yang menyukai fisika bagaikan mencari jarum pentul didalam
tumpukan jerami.
Banyak sekali pelajar atau mahasiswa yang sabar
menunggu penayangan rumus-rumus fisika di papan tulis, kemudian mengerjakan
soal-soal fisika. Dari pengalaman, soal-soal tersebut diselesaikan dengan cara
"gotong-royong" karena hanya sedikit orang yang bisa atau mau
mengerjakannya. Keberhasilan pengajaran tidak jarang didasarkan atas kemampuan
mengerjakan soal-soal ujian akhir, bukan pada penguasaan makna fisis dari rumus
tersebut.
Sebagai
contoh, hampir semua orang di kelas tahu hukum kedua Newton, F = m.a, tetapi
mungkin tak pernah terbayangkan bahwa rumus tersebut dapat menceritakan mengapa
orang-orang gendut lebih suka main tarik tambang daripada lari 100 meter.
Kemudian, siapa yang tak mengenal persamaan terkenal Einstein E = mc2
? Sayang, sedikit sekali orang yang mengetahui bahwa massa sebuah buku fisika
dasar mengandung energi yang dapat membawa suatu wahana antariksa ke bulan!
Salah satu penyebab persepsi negatif tentang fisika
adalah bahwa ilmu tersebut seringkali diajarkan tanpa penghayatan sehingga
terasa menyebalkan. Padahal, melalui fisika kita dapat mengetahui banyak hal.
Seorang pelajar yang mulai mempelajari ilmu ini tidak perlu jauh-jauh
mengunjungi laboratorium untuk melihat fenomena fisika. Kapanpun dan dimanapun
ia dapat berimajinasi (menghayal) tentang lingkungan sekitarnya. Keindahan
warna bunga yang tampak oleh mata, musik yang terdengar nyaman di telinga, air
terjun yang memikat, aliran angin yang sejuk, adalah sedikit contoh dari
fenomena fisika sehari-hari. Penjelasan bahwa setiap warna memiliki panjang
gelombang yang berbeda-beda dan bahwa benda-benda menyerap serta meradiasikan
panjang gelombang tertentu sehingga sampai ke mata kita, dapat dibaca dalam
buku fisika. Akan tetapi seringkali orang tidak peduli dengan penjelasan itu
karena tidak berimajinasi sehingga ia lupa akan keindahan alam dan tidak
memiliki rasa ingin tahu.
Imajinasi lahir dari lingkungan yang mendukung
seseorang agar memikirkan berbagai fenomena disekitarnya. Jika masyarakat
sekitar atau keluarga di rumah tidak menghargai kebebasan berpikir maka daya
imajinasi sulit untuk berkembang. Hampir semua fisikawan terkenal adalah
orang-orang yang suka berimajinasi dan seringkali dikatakan sebagai pemikir
"radikal" karena dianggap aneh oleh lingkungan yang seringkali
bersifat dogmatis. Einstein adalah contoh populer dari orang yang suka
berimajinasi dan mengembangkannya. Ia membayangkan bagaimana seandainya ia
dapat bergerak dengan kecepatan cahaya. Pemikiran aneh ini menghasilkan teori
relativitas khusus yang sampai kini masih digunakan. Hal yang sama dilakukan
oleh Newton. Kalau saja ia tidak suka melamun dibawah pohon apel mungkin hukum
gravitasi universalnya tidak ditemukan sampai berpuluh-puluh tahun kemudian.
Melalui
imajinasi, kesadaran untuk mengamati fenomena alam dan membaca buku-buku fisika
akan muncul dengan sendirinya. Sebagai contoh, molekul air (H2O)
terdiri atas dua buah atom hidrogen dan sebuah atom oksigen. Kita tentu tidak
mungkin melihat molekul air dengan mata telanjang. Akan tetapi, kita bisa
berimajinasi bahwa molekul-molekul tersebut berukuran kecil sekali sehingga tak
tampak. Oleh karenanya, jumlah molekul yang menyusun suatu benda haruslah
sangat banyak. Melalui imajinasi kita tergerak untuk mempelajari bahwa satu mol
molekul air (yang beratnya sekitar 18 gram) mengandung sekitar 6 x 1023
molekul. Jadi, satu sendok air ternyata terdiri atas sekitar 1022 molekul.
Jumlah itu sangatlah besar. Jika seluruh penduduk indonesia diberi tugas untuk
menghitung satu per satu molekul berbeda tiap 5 detik maka itu membutuhkan
waktu bermiliar-miliar tahun!
Fisikawan tidak membuat rumus-rumus untuk dihafalkan
atau ditulis pada telapak tangan. Rumus-rumus dibuat untuk memahami
fenomena-fenomena alam dalam bentuk yang ringkas, indah, universal, dan berguna
untuk menyelesaikan masalah yang menyangkut fenomena tersebut. Memang, fisika
tidak mungkin terlepas dari matematika. Tanpa definisi matematis, fisika sangat
sulit dikembangkan dan dimanfanfaatkan sebagai teknologi. Meskipun demikian,
untuk mempelajari dasar-dasar fisika seseorang tidak perlu menjadi
"gila" matematika ataupun menjadi serius dan takut tak dapat pacar
karena "kurang gaul". Belajar fisika memang tidak mudah, tapi dengan
melepaskan diri dari pemikiran yang dogmatis dan keinginan untuk berpikir
bebas, imajinasi akan muncul dan bisa menjadi petualangan yang menyenangkan
bagi siapapun.
Sungai Gorge di Afrika Selatan menyimpan keindahan
tiada tara. Banyak sekali fenomena fisika yang membuat pemandangan diatas
begitu mempesona: Hukum pemantulan dan pembiasan menghasilkan gambaran 'gunung
terbalik' yang terlihat diatas permukaan sungai. Polarisasi cahaya matahari
oleh molekul diudara memberikan pemandangan biru yang sangat serasi dengan
warna hijau dan coklat muda. Tiupan angin akibat adanya perbedaan tekanan udara
menggerakan dedaunan pohon secara terirama. Tampak seekor hewan mengkonsumsi
makanan dan minuman untuk mempertahankan kehidupan, suatu proses mengurangi
entropi (ketidakteraturan) dengan cara menambah energi dalam hewan. Bukankah
fisika itu indah? (diambil dari Microsoft Reference Library 2003. Encarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar